Sikapi Kebijakan Tarif AS, Kadin Jatim Ajak Tingkatkan Perdagangan Dalam Negeri dan Mencari Tujuan Ekspor Baru

Surabaya, JatimReview.Com – Gejolak perdagangan dunia akibat kebijakan Presiden Amerika yang menerapkan reciprocal tariff termasuk di Indonesia disikapi Kadin Jatim dengan memperkuat perdagangan dalam negeri  dan mencari negara tujuan ekspor baru.

Adik Dwi Putranto, Ketua Kadin Jatim mengatakan, banyak cara yang dilakukan pemerintah dan pelaku usaha untuk menyikapi Tarif Resiprokal dari Amerika. Diantaranya meningkatkan perdagangan dalam negeri dan mencari negara tujuan ekspor baru.

“Selain itu juga meningkatkan investasi melalui kemudahan usaha serta memulihkan kepercayaan pelaku ekonomi dengan komunikasi yang baik dan kebijakan yang kongkrit,” kata Adik dilansir Antara, Selasa (8/4).

Adik menuturkan pemerintah harus mampu manfaatkan dan eksplor bidang-bidang lain yang dapat mendukung perekonomian tanah air termasuk menjaga kepercayaan masyarakat. Sebab kebijakan Presiden Donald Trump berdampak terhadap ekonomi Indonesia termasuk Jatim.

Menurutnya, dampaknya bisa langsung dan tidak langsung. Diantaranya adalah penurunan ekspor. Sebab kenaikan tarif menjadi 32 persen akan menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar Amerika.

“Sedangkan dampak tidak langsung adalah terganggunya rantai pasok sehingga akan berpengaruh terhadap produksi industri di Indonesia dan Jatim termasuk UMKM,” tambahnya.

Dikatakan, bagi Jatim, Amerika merupakan salah satu pasar besar untuk ekspor berbagai produk non-migas. Berdasarkan data yang ada, Januari 2025, nilai ekspor Jatim ke AS mencapai USD 281,96 juta atau setara dengan 14,5 persen total ekspor non migas Jatim.

Beberapa produk unggulan Jatim yang diekspor ke AS diantaranya adalah perhiasan, produk logam, tekstil, alas kaki, elektronik, kayu, dan barang dari kayu berisiko mengalami penurunan yang cukup signifikan dan mengganggu pemasukan devisa.

“Hal tersebut berdampak pada arus kas perusahaan, menunda investasi, dan menimbulkan efek lanjutan terhadap seluruh ekosistem industri di Jawa Timur,” ungkapnya.

Dampak selanjutnya adalah ancaman PHK karena industri padat karya di Jatim akan mengalami penurunan produksi. Ribuan tenaga kerja berisiko kehilangan pekerjaan, terutama di sektor garmen, sepatu, dan elektronik, dan produk kayu yang berorientasi ekspor ke Amerika Serikat. Pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi Jatim juga akan menurun.

“Yang terakhir adalah dampak sosial yaitu ketimpangan dan ketegangan karena PHK massal dapat memicu lonjakan kemiskinan, putus sekolah, kerawanan sosial, dan ketegangan sosial seperti demonstrasi,” pungkas Adik. JR5/Ant

Related posts